Senin, 17 September 2012

bagja waluya

Konsep geografi oleh Bagja Waluya KONSEP-KONSEP GEOGRAFI Banyak pendapat yang menyatakan bahwa di permukaan bumi terdapat hubungan timbal balik antara manusia dengan lingkungan alam. Pandangan tersebut, garis besarnya sebagai berikut: 1. Kehidupan manusia dan kebudayaannya ditentukan oleh alam. 2. Manusia dan kebudayaannya tidak ditentukan oleh alam, tetapi manusia mempunyai peranan aktif terhadap alam, sehingga manusia dapat memilih kebudayaannya, sedangkan alam hanya memberikan kemungkinan kemungkinan. Kedua pandangan tersebut sampai sekarang masih banyak penganutnya, satu sama lain saling mempertahankan. Pendapat pertama (Fisis Determinis) mempertahankan pengaruhnya terhadap kritikan-kritikan dari pendapat kedua (Possibilis). Pendapat pertama menyatakan bahwa faktor-faktor geografik atau alam sering memainkan peranan yang dinamik dalam perkembangan kebudayaan manusia, berarti alam tidak memainkan peranan yang pasif. Pendapat kedua (Possibilisme) menyatakan bahwa hampir semua praktik kebudayaan yang spesifik tidak dengan logis dikembalikan langsung pada alam sebagai habitat geografis semata-mata, melainkan manusia yang memegang peranan dalam menentukan budayanya (aktif). Berdasarkan pernyataan paham fisis determinis maupun paham possibilis, yang terus menerus saling mempengaruhi pemikiran manusia dan saling melakukan kritikan, maka secara sederhana dapat diambil jalan tengah, yaitu melalui beberapa pertanyaan sebagai berikut: 1. Berapa jauh kebudayaan suatu wilayah atau suatu bangsa ditentukan oleh alam dan lingkungannya? 2. Berapa jauh bahwa lingkungan alam dapat diubah oleh kegiatan manusia? Selain itu, dalam kenyataan sehari-hari banyak kita temukan berbagai kenampakan dan gejala di muka bumi yang tanpa disadari membawa kita untuk merenung dan berpikir. Misalnya, mengapa permukaan bumi ini tidak rata, melainkan ada bagian yang tinggi seperti dataran tinggi, bukit, gunung atau pegunungan serta ada pula bagian-bagian yang rendah seperti lembah, palung, atau ngarai, sehingga terdapat berbagai kawasan muka bumi yang berbeda karakteristiknya? Bagaimana fenomena alam ini dapat terjadi? Mengapa suhu udara di wilayah pantai sangat panas, sedangkan di pegunungan dingin? Mengapa daerah A memiliki curah hujan tinggi, sehingga berbagai jenis tetumbuhan tumbuh subur, sedangkan daerah B sangat gersang? Apa yang menyebabkan daerah dataran rendah sangat cocok ditanami kelapa atau padi sawah, sedangkan di dataran tinggi cocok untuk sayur-mayur? Disadari atau tidak, pada hakikatnya pertanyaan-pertanyaan tersebut telah menuntun kita ke arah pemahaman konsep-konsep geografi. Dalam mengkaji gejala atau peristiwa dalam ruang, geografi selalu mempergunakan konsep lokasi, hubungan timbal balik, gerakan, dan perwilayahan. Agar dapat memahami geografi, diperlukan konsep-konsep dasar mengenai geografi itu sendiri, artinya memahami pengertian istilah-istilah yang umum digunakan oleh geografi sebagai disiplin ilmu. Konsep ini merupakan suatu hal yang abstrak berkenaan dengan gejala nyata tentang geografi untuk mengungkapkan beberapa gejala, faktor atau masalah, sehingga setiap kata mengandung arti tersendiri. Pemahaman geografi dimulai dari hal yang konkret secara bertahap akan menuju kepada hal yang abstrak. Misalnya, dalam memahami atmosfer dan mempelajari cuaca, tentu saja harus mengenal unsur-unsur cuaca, yaitu salah satunya adalah hujan. Sebelum terjadinya hujan tentu terjadi pemanasan oleh sinar matahari yang menimbulkan penguapan, kemudian membentuk awan, tentu saja awan apabila berkondensasi maka akan menimbulkan hujan. Hujan yang diturunkan di suatu tempat dapat dipengaruhi angin. Dengan demikian, angin berperan dalam menjatuhkan hujan. Apabila hal ini terus menerus berlangsung maka dinamakan daur hidrologi. Dari uraian di atas, dapat ditarik beberapa konsep, yaitu hujan, penguapan, awan, kondensasi, dan angin. Apabila seseorang telah dapat membina konsepnya, maka ia akan dapat mengembangkan generalisasi. Maksudnya bahwa pengertian goegrafi sudah tidak perlu diuraikan, baik secara denotatif maupun konotatif lagi, melainkan secara langsung orang yang bersangkutan dapat berbicara tanpa mendefinisikan konsep tersebut satu persatu. Generalisasi adalah hubungan atau gabungan antara dua konsep atau lebih. Dengan demikian, pernyataan generalisasi berupa prinsip geografi. Contoh, generalisasi terdiri atas beberapa konsep seperti berikut ini: 1. Urbanisasi merupakan masalah sosial yang harus diatasi karena menambah padatnya kota, sedangkan commuter atau penglaju memerlukan sarana transportasi yang mendukung dari sub-urban ke wilayah-wilayah kegiatan di kota 2. Awan Cumulonimbus dapat mendatangkan hujan besar jika telah berkondensasi dibanding dengan awan Cirrus. 3. Erosi yang dominan terjadi di sungai bagian hilir yaitu erosi lateral, sehingga di daerah ini banyak dijumpai meander. Banyak para ahli yang memberikan konsep-konsep tentang geografi, sehingga perlu dibentuk konsep dasar bagi perkembangan geografi di Indonesia. Untuk itu, diselenggarakan Seminar dan Lokakarnya Ahli Geografi tahun 1998 yang menghasilkan kesepatan berupa 10 konsep esensial geografi, yaitu sebagai berikut: 1. Konsep lokasi Suatu tempat di permukaan bumi memiliki nilai ekonomi apabila dihubungkan dengan harga. Misalnya: a. Di daerah dingin orang cenderung berpakaian tebal. b. Nilai tanah atau lahan untuk pemukiman akan berkurang apabila berdekatanmdengan kuburan, terminal kendaraan umum, pasar, atau pabrik karena kebisingan dan pencemaran. 2. Konsep jarak Jarak dihubungkan dengan keuntungan yang diperoleh, sehingga manusia cenderung akan memperhitungkan jarak. Misalnya: a. Harga tanah akan semakin tinggi apabila mendekati pusat kota dibandingkan dengan harga tanah di pedesaan. b. Peternakan ayam cenderung mendekati kota sebagai tempat pemasaran, agar telur dan ayam yang dibawa ke tempat pemasaran tidak banyak mengalami kerusakan, dibandingkan apabila peternakan ditempatkan jauh dari kota. 3. Konsep keterjangkauan Hubungan atau interaksi antartempat dapat dicapai, baik dengan menggunakan sarana transportasi umum, tradisional, atau jalan kaki. Misalnya: a. Keterjangkauan, Jakarta – Biak (pesawat terbang); Bandung – Jakarta (kereta api). b. Daerah A penghasil beras dan daerah B penghasil sandang. Kedua daerah ini tidak akan berinteraksi apabila tidak ada transportasi. c. Suatu daerah tidak akan berkembang apabila tidak dapat dijangkau oleh sarana transportasi. 4. Konsep pola Bentuk interaksi manusia dengan lingkungan atau interaksi alam dengan alam, hubungannya dengan pola persebaran, seperti sebagai berikut. a. Pola aliran sungai terkait dengan jenis batuan dan struktur geologi. b. Pola pemukiman terkait dengan sungai, jalan, bentuk lahan, dan sebagainya. 5. Konsep morfologi Bentuk permukaan bumi sebagai hasil proses alam dan hubungannya dengan aktivitas manusia. Misalnya: a. Bentuk lahan akan terkait dengan erosi dan pengendapan, penggunaan lahan, ketebalan lapisan tanah, ketersediaan air, dan sebagainya. b. Pengelompokan pemukiman cenderung di daerah datar. 6. Konsep aglomerasi Pengelompokan penduduk dan aktivitasnya di suatu daerah. Misalnya: a. Masyarakat atau penduduk cenderung mengelompok pada tingkat sejenis, sehingga timbul daerah elit, daerah kumuh, daerah perumnas, pedagang besi tua, pedagang barang atau pakaian bekas, dan lain-lain. b. Enam puluh delapan persen industri tekstil Indonesia berada di Bandung. 7. Konsep nilai kegunaan Manfaat suatu wilayah atau daerah mempuyai nilai tersendiri bagi orang yang menggunakannya. Misalnya: a. Daerah sejuk di pegunungan yang jauh dari kebisingan, seperti di Puncak antara Bogor dengan Cianjur, banyak dijadikan tempat peristirahatan dan rekreasi. b. Lahan pertanian yang subur sangat bernilai bagi petani dibandingkan bagi nelayan atau karyawan/pegawai kantor. 8. Konsep interaksi dan interdependensi Setiap wilayah tidak dapat memenuhi kebutuhannya sendiri, tetapi memerlukan hubungan dengan wilayah lain, sehingga memunculkan adanya hubungan timbal balik dalam bentuk arus barang dan jasa, komunikasi, persebaran ide, dan lain-lain. Misalnya: gerakan orang, barang, dan gagasan dari suatu tempat ke tempat lain seperti, a. Pergerakan penduduk, berupa sirkulasi, komutasi (ulang-alik), dan migrasi. b. Pergerakan barang (sandang) dari kota ke desa; pangan dari desa ke kota. c. Pergerakan berita (informasi) melalui radio, televisi, surat kabar dan lain-lain, terhadap pembaca atau pemirsa. 9. Konsep differensiasi area (struktur keruangan atau distribusi keruangan) Suatu wilayah kaitannya dengan wilayah lain. Wilayah di permukaan bumi memiliki perbedaan nilai yang terdapat di dalamnya. Misalnya: a. Fenomena yang berbeda dari suatu tempat ke tempat lain, seperti: 1) jarak dekat, jarak sedang, atau jarak jauh. 2) pemukiman padat, sedang, atau jarang. b. Pertanian sayuran dihasilkan di daerah pegunungan; perikanan laut atau tambak di pantai; dan padi di daerah yang relatif datar. 10. Konsep keterkaitan keruangan (proses keruangan) Suatu wilayah dapat berkembang karena adanya hubungan dengan wilayah lain, atau adanya saling keterkaitan antarwilayah dalam memenuhi kebutuhan dan sosial penduduknya. Misalnya, jika dikaji melalui peta, maka terdapat konservasi spasial (keterkaitan wilayah) antara wilayah A, B, C, dan D. Sepuluh konsep tersebut, sengaja dibuat untuk penyatu bahasaan pemikiran geografi, semuanya merupakan awal dari memahami geografi. Dengan demikian, pendidikan geografi mulai dari pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi harus mencakup sepuluh konsep tersebut, hanya materi yang diberikan sesuai dengan jenjang pendidikannya.

Label:

konsep oleh agus sudarsono

Konsep Geografi oleh Agus Sudarsono Para ahli geografi di Indonesia sepakat merumuskan konsep geografi, meliputi 10 konsep, yaitu: 1. Konsep lokasi, maksudnya dalam geografi selalu menyebut lokasi, apakah itu lokasi absolut, yaitu letak berdasarkan astronomis, atau lokasi relatif, yaitu letak berdasarkan lingkungan setempat, seperti sebelah timur sungai, seberang jalan raya, sebelah barat gunung, di antara Benua Asia dan Australia. 2. Konsep jarak, maksudnya jarak dari satu lokasi ke lokasi lain mempunyai arti penting bagi kehidupan sosial maupun ekonomi. 3. Konsep keterjangkauan, maksudnya adalah mudah atau sulitnya suatu lokasi dijangkau. Dua lokasi yang berdekatan dapat jadi sulit dijangkau karena faktor pembatas alam seperti sungai dan jurang, atau pembatas buatan seperti batas antarnegara. 4. Konsep pola, maksudnya dalam geografi mengaitkan pola gejala alam dengan kehidupan. Contohnya permukiman di dekat sungai atau jalan raya cenderung di sepanjang tepi sungai atau jalan raya, permukiman di lereng bukit cenderung tersebar, dan permukiman di daerah dataran cenderung mengelompok. 5. Konsep geomorfologi, maksudnya bahwa dalam geografi selalu berbicara mengenai bentuk permukaan bumi. 6. Konsep aglomerasi, artinya kecenderungan adanya pengelompokan dalam hal aktivitas manusia. Contohnya pengelompokan permukiman daerah kumuh (slum area), permukiman daerah elit (real estate), pusat perdagangan, sentra industri makanan, dan sebagainya. 7. Konsep perbedaan wilayah, artinya bahwa dalam geografi selalu ada perbedaan antarkomunitas. Misalnya ada perbedaan nyata antara perkotaan dan pedesaan, kehidupan penduduk wilayah pantai dan pegunungan, dan sebagainya. 8. Konsep interaksi, maksudnya saling memengaruhi antara aktivitas satu daerah dengan lain wilayah. Misalnya daerah pegunungan menghasilkan sayur-mayur dan buah-buahan, daerah perkotaan menghasilkan barang industri sandang, kebutuhan rumah tangga dan sebagainya. Satu daerah memerlukan barang dari daerah lain, demikian juga sebaliknya. 9. Konsep nilai kegunaan, artinya bahwa nilai kegunaan suatu sumber bersifat relatif. Daerah wisata memiliki nilai yang berlainan bagi setiap orang. Oleh sebab itu, ada orang yang tidak pernah sama sekali mengunjungi, ada yang kadang-kadang mengunjungi, ada pula yang sering mengunjunginya. Misalnya ada orang yang mengunjungi pantai Parangtritis, tetapi ada juga yang belum pernah pergi kesana dan ada juga yang kadang-kadang mengunjungi. 10. Konsep keterkaitan keruangan, maksudnya merupakan keterkaitan antara persebaran suatu gejala dengan gejala lain. Contoh hubungan antara kemiringan lereng dengan ketebalan tanah, hubungan daerah berbatuan kapur dengan kesulitan air tanah, dan sebagainya.

Label:

konsep geo oleh Eni Anjayani

Konsep geografi oleh Eni anjayani Berikut ini sepuluh konsep geografi. 1. Konsep Lokasi Konsep lokasi ini terbagi menjadi dua yaitu lokasi absolut dan lokasi relatif. Lokasi absolut terkait dengan garis lintang dan garis bujur. Lokasi relatif yaitu lokasi suatu tempat yang dilihat dari wilayah lain. 2. Konsep Jarak Konsep ini mempunyai arti penting dalam kehidupan sosial, ekonomi, ataupun kepentingan pertahanan. 3. Konsep Keterjangkauan Keterjangkauan (accessibility) tidak selalu berkaitan dengan jarak, namun juga medan. 4. Konsep Pola Pola ini berkaitan dengan susunan, bentuk, atau persebaran fenomena dalam ruang muka Bumi. 5. Konsep Morfologi Konsep ini terkait dengan pembentukan morfologi muka Bumi. 6. Konsep Aglomerasi Konsep aglomerasi menjelaskan mengapa suatu fenomena geografi cenderung mengelompok. 7. Konsep Nilai Kegunaan Konsep ini berkaitan dengan nilai guna suatu wilayah. Tiap wilayah mempunyai potensi yang bisa dikembangkan, sehingga nilai kegunaanya optimal. 8. Konsep Interaksi/interdependensi Interaksi merupakan hubungan saling atau timbal balik antar beberapa hal. 9. Konsep Diferensiasi Areal Konsep ini mempertegas bahwa antara satu tempat dengan tempat yang lain memiliki perbedaan. 10. Konsep Keterkaitan Ruangan Perbedaan potensi wilayah antara yang satu dengan yang lain akan mengakibatkan atau mendorong terjadinya interaksi berupa pertukaran barang, manusia, ataupun budaya.

Label: ,

konsep geo oleh danang

Konsep Geografi oleh Danang Konsep Esensial Geografi Konsep esensial ilmu geografi mencakup konsep lokasi, jarak, keterjangkauan, morfologi, aglomerasi, nilai kegunaan, pola, deferensiasi areal, interaksi, dan keterkaitan keruangan 1. Konsep Lokasi Konsep lokasi menjadi ciri khusus ilmu pengetahuan geografi. Secara pokok, konsep lokasi dibedakan menjadi dua, sebagai berikut. a. Lokasi Absolut Lokasi ini menunjukkan letak yang tetap terhadap sistem grid atau koordinat.Untuk menentukan lokasi ini, harus menggunakan letak secara astronomis,yaitu berdasarkan garis lintang dan garis bujur. Letak absolut bersifat tetap dan tidak berubah. Contohnya adalah suatu titik berlokasi pada 3 °LS dan 130 °BT terdapat di Papua. Selama standar penghitungan astronomis masih digunakan, maka titik lokasi tersebut tidak akan berubah. b. Lokasi Relatif Lokasi relatif sering disebut dengan letak geografis. Lokasi relatif sifatnya berubah-ubah dan sangat berkaitan dengan keadaan sekitarnya. Contohnya adalah suatu daerah yang terpencil dan sangat jarang penduduknya, tetapi setelah bertahuntahun ternyata di daerah itu kaya akan tambang, sehingga menyebabkan daerah tersebut menjadi ramai penduduk. 2. Konsep Jarak Jarak berkaitan erat dengan lokasi, dan dinyatakan dengan ukuran jarak lurus di udara yang mudah diukur pada peta. Jarak dapat juga dinyatakan sebagai jarak tempuh, baik yang berkaitan dengan waktu perjalanan yang diperlukan maupun dengan satuan biaya angkutan. Jarak sebagai pemisah antara dua tempat bisa berubah sesuai dengan perkembangan zaman. Jarak pada hakikatnya adalah pemisah antarwilayah atau tempat, tetapi pengertian pemisah sekarang ini berubah sejalan dengan kemajuan-kemajuan antara lain di bidang teknologi (khususnya sarana transportasi) dan komunikasi. Contoh lokasi relatif adalah daerah pertambangan yang mula-mula sepi menjadi ramai.dengan berbagai teknologi transportasi (pesawat terbang dan kereta api express) dan teknologi komunikasi mutakhir (telepon seluler, mesin faksimili, dan internet) orang dapat dengan mudah dan cepat dalam berhubungan dengan orang lain, sehingga dewasa ini jarak bukan merupakan suatu faktor pemisah atau penghambat dalam kehidupan manusia. 3. Konsep Keterjangkauan Keterjangkauan tidak selalu berhubungan dengan jarak. Keterjangkauan lebih berhubungan dengan kondisi medan yang berkaitan dengan sarana angkutan dan transportasi yang digunakan. Suatu tempat yang tidak memiliki jaringan transportasi dan komunikasi yang memadai maka dapat dikatakan daerah tersebut terisolasi atau terpencil. Ada beberapa penyebab suatu daerah mempunyai aksesibilitas atau keterjangkauan yang rendah, di antaranya kondisi topografi daerah tersebut yang bergunung, berhutan lebat, rawa-rawa, atau berupa gurun pasir. Keterjangkauan atau aksesibilitas suatu daerah yang masih rendah lamakelamaan akan berubah menjadi lebih baik seiring dengan perkembangan kema-juan perekonomian dan teknologi. Sebagai contoh kondisi fisik di wilayah Pulau Jawa yang relatif datar mempunyai aksesibilitas yang tinggi, dibandingkan dengan Pulau Irian (Papua) yang aksesibilitasnya rendah karena wilayahnya berupa pegunungan dengan lerengnya yang terjal. 4. Konsep Morfologi Morfologi merupakan perwujudan bentuk daratan muka bumi sebagai hasil pengangkatan atau penurunan wilayah seperti erosi dan pengendapan atau sedimentasi. Melihat peristiwa tersebut ada wilayah yang berbentuk pulau, pegunungan, dataran, lereng, lembah, dan dataran aluvial. Morfologi dataran adalah perwujudan wilayah yang biasanya digunakan manusia sebagai tempat bermukim, untuk usaha pertanian, dan perekonomian. Pada umumnya, penduduk terpusat pada daerah-daerah lembah sungai besar dan tanah datar yang subur. Wilayah pegunungan dengan lereng terjal sangat jarang digunakan sebagai permukiman. 5. Konsep Aglomerasi Aglomerasi atau pemusatan adalah kecenderungan persebaran penduduk yang bersifat mengelompok pada suatu wilayah yang relatif sempit dan bersifat menguntungkan, karena kesamaan gejala ataupun faktor-faktor umum yang menguntungkan. Penduduk di perkotaan cenderung tinggal secara mengelompok pada tingkat sosial yang sejenis seperti permukiman elit atau mewah, permukiman khusus pedagang, kompleks perumahan pegawai negeri, atau permukiman kumuh. Di daerah pedesaan, pada umumnya penduduk mengelompok di daerah dataran yang subur. Salah satu keuntungan yang didapat dengan adanya aglomerasi (pemusatan) penduduk dengan tingkat kepadatan yang tinggi adalah dimungkinkannya suatu sistem ekonomi yang memanfaatkan jumlah penduduk yang besar sebagai daerah pemasaran atau pelayanan, namun meliputi wilayah yang sempit. Dari sini dimungkinkan suatu efisiensi yang tinggi dalam produksi pengangkutan barang maupun pengadaan sarana pelayanan umum. 6. Konsep Nilai Kegunaan Nilai kegunaan suatu fenomena di muka bumi bersifat relatif, artinya nilai kegunaan itu tidak sama, tergantung dari kebutuhan penduduk yang bersangkutan. Misalnya, penduduk yang tinggal di daerah pegunungan, mereka menganggap daerah pegunungan tidak memiliki nilai kegunaan karena mereka berorientasi pada sumber-sumber pertanian di daerah dataran subur di bagian bawah (kaki gunung). Sebaliknya, penduduk kota menganggap pegunungan memiliki nilai kegunaan yang tinggi untuk rekreasi, karena suasana alami pegunungan dapat menghilangkan penat akan hiruk pikuk suasana perkotaan. 7. Konsep Pola Geografi mempelajari pola-pola, bentuk, dan persebaran fenomena di permukaan bumi. Geografi juga berusaha memahami makna dari pola-pola tersebut serta berusaha untuk memanfaatkannya. Pola berkaitan dengan susunan, bentuk, dan persebaran fenomena dalam ruang muka bumi. Fenomena yang dipelajari adalah fenomena alami dan fenomena sosial. Fenomena alami seperti aliran sungai, persebaran vegetasi, jenis tanah, dan curah hujan. Fenomena sosial misalnya, persebaran penduduk, mata pencaharian, permukiman, dan lain-lain. Contoh Penerapan konsep pola di kawasan perkotaan yaitu, manusia membangun kawasan permukiman dengan pola sedemikain rupa agar memudahkan masyarakat mencapai tempat kerja, sekolah, pasar, sehingga mudah menciptakan kehidupan sehari-hari yang nyaman dan sejahtera. 8. Konsep Deferensiasi Areal Wilayah pada hakikatnya adalah suatu perpaduan antara berbagai unsur, baik unsur lingkungan alam ataupun kehidupan. Hasil perpaduan ini akan menghasilkan ciri khas bagi suatu wilayah (region). Misalnya, wilayah pedesaan dengan corak khas area persawahan sangat berbeda dengan wilayah perkotaan yang terdiri atas area permukiman, pusat-pusat perdagangan dan terkonsentrasinya berbagai utilitas kehidupan. Wilayah pedesaan dan perkotaan ini secara bersama-sama dan terus-menerus mengalami perubahan dari waktu ke waktu (bersifat dinamis). Deferensiasai areal juga berakibat terjadinya interaksi penduduk antarwilayah, misalnya mobilisasi penduduk (transmigrasi, urbanisasi, imigrasi dan emigrasi), dan pertukaran barang dan jasa. 9. Konsep Interaksi/ Interdependensi Interaksi adalah kegiatan saling memengaruhi daya, objek, atau tempat yang satu dengan tempat lainnya. Setiap tempat mengembangkan potensi sumber daya alamnya dan kebutuhan yang tidak selalu sama dengan tempat lain. Perbedaan tersebut mengakibatkan terjadinya interaksi dan interdependensi antarwilayah. Interaksi antara daerah pedesaan dan perkotaan sangat penting peranannya untuk pemenuhan kebutuhan hidup di antara keduanya. Bentuk interaksi tersebut misalnya proses pengangkutan hasil pertanian dari desa ke kota, dan proses pengangkutan mesin pertanian dari kota ke desa. Interaksi juga terjadi antara kota yang satu dengan kota yang lain baik dalam bentuk pertukaran barang dan jasa, maupun perpindahan penduduk. Interaksi keruangan terjadi antara unsur atau fenomena setempat dengan fenomena alam ataupun kehidupan. 10. Konsep Keterkaitan Keruangan Keterkaitan keruangan atau asosiasi keruangan adalah derajat keterkaitan persebaran suatu fenomena dengan fenomena lain di suatu tempat atau ruang. Fenomena yang dimaksud adalah fenomena alam dan fenomena kehidupan sosial. Contohnya adalah keterkaitan antara tingkat erosi dengan kesuburan tanah. Semakin besar tingkat erosi maka kesuburan tanah semakin berkurang

Label: